Masa lalu yang begitu kelam, telah aku lalui. Terpisah dari kedua orang tua akibat "perceraian". Aku dibesarkan dengan diasuh oleh wanita perkasa "simbokku" (simbah) dan dibimbing oleh keperkasaan "pak lekku". Menurut cerita "simbokku" aku sudah ditinggal pergi kedua orangtuaku sejak umurku baru berusia sekitar 10-11 bulan. Bapakku pergi entah kemana sampai saat ini tak pernah kami bertemu, ibuku pergi mengadu nasib di ibu kota negara, namun nyatanya tak juga "ngopeni" dengan baik, hanya sesekali kalau lebaran saja ia berikan aku baju baru dan sedikit uang untuk jajan.
Air tajin pengganti ASI itu yang mereka (simbok & Pak Lekku) berikan, maklum "simbokku" bukanlah seorang janda yang kaya (janda karena suaminya meninggal). Sesekali jika ada rejeki dari buruh tani katanya aku juga dibelikan susu kaleng. Kehidupan yang serba terbatas hingga aku menginjak usia dewasa ini yang mampu menguatkan hati dan semangatku. Tak pernah rasanya aku menyesal bersama orang-orang hebat itu. Tak pernah mereka ajarkan aku untuk mengeluh, tak pernah mereka ajarkan untukku meminta-minta. Selama tubuh ini masih bisa berkeringat pantang untuk "krida lumaing asta".
Akupun tak pernah jadi anak pintar, sekolah selalu rangking 20-25 dari 40 siswa di SMP N 1 Semanu, 30-33 dari 36 siswa di SMKN 2 Wonosari. Hanya sekolah di SD Mijahan I yang katanya aku pintar, bisa rangking 1-4 dr 18 siswa. Merasakan bngku kuliahpun tak pernah terfikir olehku, untung pas Prof. Koesnadi (alm) ngasih beasiswa orangtua asuh kepadaku dan beberapa temanku di Universitas Gunung Kidul, sehingga bisa juga merasakan bangku kuliah. Tapi hasilnya pun tak maksimal, kuliah sambil bekerja (jual koran, jadi voulenter LSM, Tutor Kesetaraan/guru Kejar Paket B) membuatku kuiahku semakin tidak fokus. Mikir belajar tapi juga mikir dapur simbokku harus ngebul, soale simbokku sudah tak lagi muda. Tapi Allah punya cerita lain, sejak kuliah hampir selesai nampaknya keberuntungan selalu menghampiriku.
Walau tak sehebat dan sesukses Anne Ahira, Febrian Agung, Teguh Wahyudi, Andrea Hirata atau Olga Syahputra. Tapi paling tidak, aku bisa mencukupi kebutuhan hidupku sendiri, bisa menikmati masa muda (walau sudah agak telat), bisa menyalurkan hobyy mulai dari bersepeda, fotografi, motor tua (CB 125 "si merah" yang setia menemani). Sukses pertama adalah ketika aku bisa meminang kekasih hatiku Angesty 7 Oktober 2008 yang lalu dan bisa menafkahinya lahir dan batin walaupun tak sesempurna yang ia harapkan. Sukses kedua ketika saya dipecaya Allah SWT untuk membimbing seorang putra "Raisa Kaisan Athasyafi" 14 Oktober 2010 yang lalu. Sukses ketiga untukku ketika Allah memberiku kepercayaan untuk merawat seorang putri anak kami yang kedua Najwa Daifa Athadiya (22 Mei 2012). Walau bukan seorang PNS atau pegawai BUMN ataupun pegawai swasta yang bergaji tinggi tapi aku sudah merasa bahagia dengan kehidupan ini, walau hanya gaji sebulan sekitar 400rb saja ditambah honor Tutor Kejar Paket B dan C di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu yang diterimakan 2-3bulan sekali.. Sambill berharap ada tambahan penghasilan dari jasa menemani wisatawan yang berkunjung ke Gunungkidul atau menyalurkan hobby fotografi (motret manten atau pre wedding).
Kalau dihitung-hitung sebenarnya uang 400rb itu tak akan mampu mencukupi kebutuhan hidup kami sekeluarga, namun aku percaya dengan pesan-pesan simbokku diantaranya "waton gelem obah mesti mamah" itu yang selalu menyemangatiku, dan ternyata rejeki itu tak pernah berhenti menghampiri kami.
Aku hanya berharap kelak anakku juga mampu meneladani keperkasaan buyutnya "simbokku" dan simbahnya "pak lekku" yang tiada lelah membesarkanku dan tak pernah berharap kepadaku untuk mengembalikan perjuangan mereka dengan materi. Meniru mereka yang selalu mengajarkan untuk tidak berpangku tangan "krida lumahing asta" selama tubuh masih berkeringat. Tak perlu anakku selalu jadi juara 1 di sekolah, tapi aku hanya berharap mereka bisa mandiri, patuh dan taat terhadap agama dan kedua orangtuanya, mau berbagi kepada sesama. Harapanku juga semoga aku tetap bisa melihatnya hingga nanti ia besar dan tumbuh dewasa, kemudian ia bercerita kepada teman-temannya "aku bangga dengan bapakku".
(Sebuah curhatan seorang anak dan bapak)
Salut kanggo Kang Hery..
BalasHapusSemoga keberkahan selalu mengiringi langkah Kang Hery.
Nuwun mas Nardi
Hapusbe a good father,,,like soon like father,,,,,doa dai dn untuk seorang ayah...amiiin,,,,
HapusNuwun mbak, mung aku yo ora iso mengartikan sing bahasa inggris
Hapusbest wish mas dab....The Good Father,,,,jare Slash...
BalasHapusNuwun sudah berkenan menbaca curhat saya
Hapussalut mas,,,,,,,,
BalasHapusternyata kehidupanmu lebih ga menyenangkan dari pada aku,,,, tapi hasil kristalisasi keringat sekarang udah terlihat,,, semoga semakin mencambuk diri untuk menjadi ayah dan orang tua yang hebat......
Semangat
HapusSubhanallah...
BalasHapusHebat mas ....
kau tlah lalui semua dengan penuh ketulusan dan keikhlasan... sehingga berbuah kebaikan untuk semua....
Semoga Allah... senantiasa melimpahkan karunia yang Berkah dan Barokah dalam kehidupan keluarga mu mas...
Aamiin.....
Subhanallah...
BalasHapusHebat mas ....
kau tlah lalui semua dengan penuh ketulusan dan keikhlasan... sehingga berbuah kebaikan untuk semua....
Semoga Allah... senantiasa melimpahkan karunia yang Berkah dan Barokah dalam kehidupan keluarga mu mas...
Aamiin.....
Terimakasih
HapusSangat meng'inspirasi... :-)
BalasHapus