Laman

Selasa, 31 Desember 2013

Menggantungkan Nyali Pada Seutas Tali Di Luweng Lempulir

"Menggantungkan nyawa diseutas tali, hoby ini bukan pilihan tapi panggilan hati".  Foto : Mutia
 
Tanjungsari_ Minggu Pagi 22 Desember 2013, Petualangan pagi itu adalah petualangan yang tertunda, setelah beberapa waktu yang lalu gagal caving gara-gara hujan lebat. Luweng Lempulir adalah goa Bawah tanah vertikal yang berada di alas Jumbleng yang berada di sekitar 1,5 Km dari Pasar Mentel, Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Ya, lokasinya tak terlihat jika ada goa di Alas Jumbleng, karena Luweng Lempulir di atasnya atau dimulut goa tertutup pepohonan yang rimbun, baik pohon yang ada di atasnya atau pohon lempulir yang tumbuh dari dasar goa yang tingginya sudah lebih dari 40an meter. Oya, semakin informasi Luweng Lempulir berbentuk kerucut dengan diameter atas/mulut goa berdiameter kira-kira 20-30 meter dan diameter dasar goa kira-kira 70-80 meter sedangkan kedalaman goa terdalam sekitar 37 meter. 

Goa atau Luweng ini bernama Lempulir karena di dalam goa atau luweng tersebut banyak terdapat pohon Lempulir, jadi namanya Luweng Lempulir.Pohon lempulir merupakan tanaman langka dan sudah jarang dijumpai, kalau nama latin atau nama luar negeri atau bahasa Indonesianya saya belum tau. pokoknya masyarakat sekitar menyebut pohon tersebut dengan nama Lempulir.
Pohon dan Buah Lempulir



Nah ekspedisi Luweng Lempulir rencananya akan kami mulai dari jam 08.00 pagi pas hari minggu itu, soalnya kami minim info tentang seluk beluk goa ini, dicari di tempate mbah Google juga tidak muncul. jadi perburuan dan persiapan ekspedisi ini hanya berdasar info sementara dari pemilik tanah di atas goa bernama Pak Gito. Nah, Pak Gito ini juga belum pernah masuk goa dan belum pernah mendekat ke goa, jadi infonya juga dari tetangga yang pernah masuk goa. Sudah mumet to?? hehehe...... maaf 

Singkat cerita kami (Saya (Hery Fosil), Depri, Dani, Fifin dan Mutia) disusul Pak Dhe Stefanus Sujoko minggu itu gagal mruput karena hujan, jadi rencana masuk goa mundur beberapa jam. sebelum masuk goa kami mampir dulu ke tempat Pak Gito sebagai pemiliki tanah untuk ijin dan sekaligus minta dipandu menuju lokasi :-).  Sampai di Luweng Lempulir kira-kira jam 10.00an, segera kami orientasi medan untuk melakukan kegiatan caving. 

Muter-muter goa dulu sambil pemanasan, setelah kami temukan tempat yang strategis untuk pasang alat dan mendirikan tenda, segera kami bergegas untuk persiapan masuk goa. kegiatan pertama dibantu bapak-bapak yang ada dilokasi dekat goa entah siapa namanya, lupa tidak tanya, kamipun merapikan tanaman dengan memangkas beberapa ranting untuk jalan kami pasang alat. setelah selesai kamipun segera bongkar tas dan mendirikan tenda untuk mengamankan barang-barang dari hujan. 
Luweng Lempulir
Bersiap sebelum masuk Luweng Lempulir

Luweng Lempulir
Pak Stefanus SuJoKo dan Mbak Mutia Tugase Motret Foto : Mutia

Luweng Lempulir
Kakak Beradik Dani dan Fifin Tugase Bikin Api Pengusir Nyamuk, Soale Nyamuke Luar Biasa  :-)



Foto : Sujoko
Luweng Lempulir
Saya (Hery Fosil) dan Depri Tugasnya Pasang Alat
Foto : Fifin

Pak Gito Tugase Ngawasi :-) Foto : Mutia

O,ya sebagai informasi tambahan untuk masuk Luweng Lempulir sebaiknya disiapkan alat berupa Tali Karmantel, SRT Set, dan alat untuk rappelling serta harnes atau webing. Nah kali ini kami bawa tali karmantel 50 meter semi statis diamater 11mm, webing untuk tali tubuh (Ga usah protes ya kalau kami pake webing dan masih pake figur 8), figur 8 dan karabiner untuk rappeling dan SRT untuk naik. 

Setelah persiapan masuk goa selesai kami harus berbagi peran, awalnya mas Depri milih turun duluan, tapi dengan segala bujuk rayu akhirnya saya duluan yang harus masuk :-) Soale dari 7 orang yang mau masuk sementara yang jam terbangnya tinggi dalam urusan masuk goa dan tali temali baru 2 orang jadi harus dibagi saya dan mas Depri harus jadi orang pertama dan terakhir.

Jangan Lupa Berdoa dulu ya, biar selamat, sehat, seger-waras sampai selesai dan pulang ke rumah tanpa kurang suatu apapu. Berdoa Mulai!........... Cukup!:-) 

Saya memang menggunakan tali webbing untuk tali tubuh, lalu kenapa? Ndeso? "Iya memang ndeso". Atau yang boleh menikmati alam ini hanya orang2 berduit yang bisa beli alat mahal? Foto : Mutia



Nah, untuk turun ke dasar goa harus ekstra hati2-hati apalagi yang belum kulina (red : Terbiasa) karena Luweng Lempulir kita disuguhi goa vertikal yang langsung overhang. Satu persatu kami pun turun, termasuk Pak Gito yang awalnya cuma nganter akhirnya kita rayu untuk ikut turun.Setelah saya sampai di bawah, pertama kali yang saya fikirkan mengko pak Gito, Pak Dhe Stefanus Sujoko dan Mas Dani kuat ora yo munggahe. Duh............ (maaf bukanya meragukan njenengan lho ya, ning embuh pas kuwi kok pikiranku ngono)
Luweng Lempulir
Pak Gito Turun Juga, Pengalaman Pertama Beliau Turun Goa Pake Alat Seperti Ini


Peserta Caving tercantik (Soale Wedok Dewe)


Luweng Lempulir
Mas Fifin Rappeling Sambil Ngelet
Akhirnya setelah kurang lebih 40 menit keTujuh peserta caving turun semua dan setelah kamipun segera menyusuri dan mencari serta mengabadikan segala keindahan yang ada di dalam goa. 
Dasar Luweng Lempulir


Pohon Bulu Yang Sudah Tumbang


Stalagtit dan stalagmit Luweng Lempulir Rata-rata Masih Hidup


Hati-hati banyak Ular


Stalagtit dan stalagmit Luweng Lempulir Rata-rata Masih Hidup


Stalagtit dan stalagmit Luweng Lempulir Rata-rata Masih Hidup


Setelah kurang lebih satu jam kami berputar-putar mengelilingi Luweng Lempulir, kamipun sepakat untuk segera kembali naik, takut kemalaman di dalam goa, sekitar pukul 14.00 segera kami naik satu persatu, kali ini giliran Mas Depri yang naik duluan, mas Depri masih cukup kuat hanya perlu waktu sekitar 2,5 menit untuk naik pakai teknik SRT (Single Rope Tehnique) setinggi 37 meter. Saya masih sangat khawatir teman-teman yang lain akan lebih lama naiknya. :-) 

Setelah Mas Depri naik giliran yang lain naik satu persatu dan ternyata kegelisahanku tidak terbukti, semua teman2 yang ikut turun goa bisa naik lebih cepat jauh dari perkiraanku. Rata-rata bisa naik sampai atas cukup 7 menit saja, kecuali mas Dani yang naiknya lebih dari 8 menit karena dada kirinya sakit dan Mas Fifin yang hanya butuh waktu 4 menit justru lebih cepat dari saya. Saya butuh waktu 7,07 menit untuk sampai diatas, maklum terakhir naik harus bersusah-susah sendirian (bukan alibi lho ya).
Sesampai di atas, sebelum kami selesai mencopoti alat kami sudah digoda mendung hitam pekat, alhasil kami harus "berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher yang akan lebih sering mendongak, tekad yang setebal baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras serta mulut yang selalu berdoa.” 5Cm

"Kami Hanyalah manusia-manusia Kecil Yang mencintai udara jernih di Negeri ini. Yang mencintai terbangnya burung-burung. Mencintai Nyanyian Jangkrik. Yang mencintai keleluasaan dan kebebasan. Yang mencintai bumi. Yang mendaki ke puncak gunung-gunung. Yang Menyusuri Hutan dan Lorong-lorong Goa." 
"Kami Bukan Penakluk Alam, Kami Hanyalah Penikmat Alam"

"Salam Blusukan, Jangan pernah takut keblasuk kalau lagi blusukan"

1 komentar: